Potret24.com, Pekanbaru – Miris memang! praktik Prostitusi Online di Kota Pekanbaru saat ini diduga kuat melibatkan para siswi sekolah. Tak tanggung-tanggung, ABG yang masih berstatus siswi sekolah yang dijadikan PSK tersebut sekitar 50 orang.
Bahkan beberapa di antaranya masih duduk di bangku SD.
Beberapa PSK cilik ini juga dipastikan dalam keadaan hamil hingga mengidap HIV dan sipilis.
Dewi Anjani, tokoh perempuan Pekanbaru sekaligus pemerhati masalah kerawanan anak-anak memastikan kondisi di Pekanbaru sudah begitu parahnya.
Dirinya merasa khawatir dengan masa depan anak-anak di Kota Pekanbaru akibat aktivitas seksual mereka yang tidak terkendali.
Dewii mengungkapkan modus yang digunakan para germo atau pelaku penjaja prostitusi anak ini menjerat korbannya yang masih belia dengan modus pacaran.
“Setelah berhasil memacari para korbannya yang masih lugu, dengan berbagai bujuk rayu pelaku pun memperdaya korban agar mau melayani pria hidung belang,” katanya saat dihubungi, Senin (27/07/2020).
Para pelaku dipastikannnya memanfaatkan aplikasi media sosial MeChat untuk berhubungan dengan pelanggan.
Para germo ini mencari pria hidung belang yang tertarik menikmati tubuh anak gadis Pekanbaru di bawah umur yang masih belia.
“Hal yang membuat kita prihatin, pelaku yang menjerat korbannya untuk disajikan pada pria hidung belang ini juga masih belia dan berstatus pelajar,” katanya lagi. Tidak hanya sebatas menjual, korbannya juga harus menjadi pemuas syahwat para pelaku,’’ ungkapnya menguak modus para germo anak gadis Pekanbaru di bawah umur yang terlibat sindikat prostitusi.
Dewi sendiri menguak fakta para germo yang kebanyakan juga masih belia ini sangat paham memilih tempat agar sulit tersentuh aparat penegak hukum.
Mereka memanfaatkan hotel-hotel berbintang di Kota Pontianak.
Para pelaku prostitusi anak ini berhasil luput dari pantauan petugas penegak hukum.
Dari pengakuan para gadis yang dibina olehnya, para pelaku ini selalu berpindah-pindah hotel.
Pada setiap hotel mereka selalu memesan lebih dari 1 kamar.
Satu digunakan untuk lokasi berkumpul, lainnya digunakan untuk melayani tamu.
Pendapatan dari bisnis esek-esek ini pun sungguh mencengangkan. Dalam satu hari, jutaan rupiah berhasil di kumpulkan para pelaku. Tak tanggung-tanggung, satu korban bisa menghasilkan uang Rp 3 jutaan perhari.
Mereka bisa menjadi tamu hotel selama berminggu-minggu untuk kemudian check in kembali di hotel besar lainnya.
“Masih banyak lagi jaringan lain dan melibatkan pelajar di sebagian besar SMP Negeri di kota ini,’’ ungkapnya.
Dewi sendiri berharap Pemko Pekanbaru dalam hal ini melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Pekanbaru bisa ikut berperan aktif menanggulangi kasus ini secara intensif. “Jangan tidur dan saya minta dinas terkait berperan aktif,” tegasnya lagi.
“Kondisi ini sangat penting sebagai tolok ukur mengkaji ulang berbagai kebijakan terkait Kota Layak Anak untuk memperbaiki status dan peringkatnya,” tambahnya lagi.
“Harus jadi momentum semua orangtua dan keluarga untuk menjadikan rumah masing-masing sebagai tempat paling aman dan nyaman untuk anak. Sehingga anak-anak tidak berada di luar rumah dan terlibat berbagai kasus kriminal,’’ harapnya. (gr)