Potret24.com, Jakarta - Pengalaman wanita yang menjadi korban pemerkosaan di hotel di Jakarta jadi trending di YouTube baru-baru ini" />
Potret Peristiwa

Trending di YouTube, Kisah Wanita Korban Pemerkosaan saat PKL di Hotel

4
×

Trending di YouTube, Kisah Wanita Korban Pemerkosaan saat PKL di Hotel

Sebarkan artikel ini

Potret24.com, Jakarta – Pengalaman wanita yang menjadi korban pemerkosaan di hotel di Jakarta jadi trending di YouTube baru-baru ini. Diunggah pada 10 Juni 2020 di kanal Gritte Agatha, video tersebut sudah ditonton lebih dari 2 juta kali dan kini menempati urutan 16 di trending YouTube.

Seorang wanita, sebut saja inisial namanya A, menceritakan peristiwa kelam yang dialaminya enam tahun lalu saat menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL).

Kala itu A masih duduk di bangku SMK kelas dua jurusan Akomodasi Perhotelan.

Sebagai syarat kenaikan kelas, siswa-siswa SMK wajib PKL selama enam bulan dan A mendapat kesempatan magang di salah satu hotel bintang empat di Jakarta.

Hari pertama, kegiatan magang berjalan seperti biasa.

Namun di hari kedua, ia mengalami kejadian yang sempat membuat dirinya terpuruk, hingga ingin bunuh diri.

Saat itu A ditempatkan ke departemen housekeeping dan bertugas membersihkan kamar hotel di salah satu lantai hotel.

Ketika itu sedang low season dan tidak banyak tamu sehingga setiap lantai hanya ditempatkan dua staf. A sendiri bertugas tandem bersama staf pria.

Sejak awal, wanita tersebut sudah tidak nyaman dengan gelagat aneh tandemannya itu.

“Setiap kita lagi ngebersihin kamar dia selalu maksa untuk masuk ke dalam aja. Sedangkan aku kalau sudah selesai pasti nunggu di luar depan troli. Dia selalu minta aku untuk masuk. Dia juga nanya aneh-aneh, seperti, ‘Lo udah punya pacar belum neng?’, ‘Kalau udah punya pacar, pernah ngapain aja sama pacar lo?’” cerita A.

Sikap staf yang membuatnya tak nyaman itu membuat dirinya selalu memilih membereskan bagian kamar mandi kamar.

Sebab dengan begitu dia bisa mengunci pintunya ketika mengerjakan tugas.

A takut pria tersebut akan berbuat yang tidak baik padanya.

Setelah selesai membersihkan semua kamar, mereka berniat turun ke bawah, namun lift saat itu sudah penuh dengan staf dan anak magang lainnya.

Staf tersebut pun menyarankan agar turun lewat tangga darurat dan A mengiyakan.

“Waktu itu nggak tahu kenapa aku ngiyain, ya udah deh lewat tangga darurat aja biar cepat. Pas di tangga darurat aku ingin turun duluan kan, pas mau turun tanganku ditarik. Kata dia, ‘Lo mau ke mana?’ aku jawab, ‘ya mau turun lah’. Lalu dia tanya lagi sudah punya pacar atau belum. Aku bilang belum. (Dia balas), ‘Masa sih orang kayak lo. Udah pernah ngapain aja sama pacar lo?’” lanjutnya.

Terus didesak dengan pertanyaan tak senonoh membuat A kesal.

Terjadilah cekcok karena staf pria tersebut terus memaksa bertanya yang aneh-aneh.

A pun ingin bergegas turun tangga lagi namun tangannya kembali ditarik dan mulai melakukan aksi pemerkosaan itu yang diawali dengan menciumnya.

“Awalnya sempat bela diri dorong badannya dia, teriak, tapi setelah itu dia nampar. Abis itu ngomong, ‘Lo kayak gini juga nggak ada yang akan nolongin’. Tangga darurat juga jarang banget ada yang lewat. Setelah itu aku hanya nangis, selama menangis yang lumayan kencang, dia tutup mulut sambil melakukan aksinya (pemerkosaan),” kisahnya.

Setelah melakukan aksi bejatnya, pria tersebut memasukkan sejumlah uang ke saku A sambil mengucapkan terima kasih.

Wanita itu pun langsung turun ke bawah dan pergi ke toilet.

Di dalam toilet, dia menangis. Takut akan hamil. Takut masa depannya hancur.

Kejadian traumatis itu membuat A bolos magang selama dua minggu.

Selama itu juga dia hanya tidur, menangis, dan melamun.

Sampai akhirnya bagian HRD mennghubungi dan menanyakan kelanjutan program magangnya.

“Dalam rentang itu aku sempat ditanya teman magang dan HR. Nanyain ke mana? Alasannya pulang kampung. Panggilan kedua diperingatkan masih mau magang atau gimana karena buat nilai. Aku memutuskan masuk magang lagi,” tuturnya.

Setelah masuk magang lagi, A sempat bertemu lagi dengan pemerkosa tersebut.

Ketika berpapasan, staf itu hanya tersenyum padanya.

Pertemuan itu hanya satu kali dan dia tidak pernah lagi melihatnya.

“Kayak senyum orang psikopat. Senyum nggak ada rasa bersalah sama sekali,” tukas A.

Lepas kejadian itu, pelecehan seksual kembali dialaminya saat ditempatkan di bagian laundry. Ia mengaku kerap mendapatkan pelecehan secara verbal.

[Form id=”6″]

Hingga suatu hari, salah seorang staf berdiri di belakangnya dan meraba punggungnya. A pun marah dan refleks menepis tangannya.

Kejadian itu dilihat oleh manajer departemen yang kemudian memanggilnya ke kantor.

Mengira akan dibela setelah melihat peristiwa itu, A malah yang disalahkan.

Dia disebut menggoda pria yang sudah memiliki istri dan anak.

“Kirain bakal dibelain tahunya manajer bilang, ‘kamu ngapain godain staf? Anak magang harusnya nggak kayak gitu. Dia udah punya istri’. Aku bilang, ‘Saya nggak pernah godain staf, staf yang cari gara-gara, saya cuma bela diri.’ Tetap aja manajernya nggak bela,” ucap dia.

Keesokan harinya wanita tersebut dipanggil HRD dan malah mendapatkan SP 1.

Sedih dan marah tentu dirasakannya. Namun dia memilih tetap bertahan magang selama enam bulan, karena menurutnya, percuma lapor karena tidak akan ada yang percaya.

Peristiwa itu meninggalkan trauma yang sangat dalam bagi A.

Sempat terpikir di benaknya untuk bunuh diri namun niat itu diurungkannya karena takut melukai perasaan orangtua.

Dia pun sempat merasa benci pada laki-laki. Menurutnya semua laki-laki jahat dan menolak melalukan kontak fisik dengan mereka.

Hingga hari ini A mengaku masih sedih dan trauma jika mengingat kejadian itu. Tapi dia harus move on.

Wanita tersebut berhasil menyelesaikan pendidikan kuliah di jurusan psikologi dan kini sudah memiliki kekasih yang memahami dan sayang tulus pada dirinya. (gr)