Potret24.com, Siak – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten Siak, dipastikan akan memanggil pihak PT. Chevron Pasifik Indonesia. Hal itu dilakukan menyusul ditemukannya pencemaran lingkungan di lahan warga Kecamatan Minas, Kabupaten Siak, Riau yang diduga limbah B3 dari PT. Chevron Pasifik Indonesia, pasca meninjau laporan masyarakat.
Demikian ditegaskan Wakil Ketua II DPRD Siak Androy Ade Rianda, beberapa waktu lalu. “Secepatnya kita akan panggil pihak PT Chevron untuk dengar penjelasannya terkait hal ini,” ujarnya.
Dalam pemanggilan itu, Komisi II DPRD Siak akan mempertanyakan terkait hal itu kepada pihak CPI. “Kami juga akan mempertanyakan sistem pembiayaan Chevron kepada pihak ketiga, karena pembersihan menggunakan cangkul dan sekop dengan wilayah yang begitu luas, terkesan tidak logis, apalagi kedalaman limbah tersebut mencapai satu hingga dua meter,” terangnya.
Wakil rakyat ini mengatakan kalau Chevron dan pihak ketiga harus bertanggung jawab penuh untuk menuntaskan pembersihan limbah di sekitar lahan yang berdekatan dengan lingkungan warga tersebut. Chevron harus bertanggung jawab penuh menuntaskan limbah yang diduga b3 tersebut. Sebab, dikhawatirkan limbah tersebut akan menimbulkan penyakit terhadap masyarakat.
“Kita khawatir limbah tersebut nanti berdampak pada kesehatan masyarakat. Memang bukan sekarang terasanya, namun beberapa waktu ke depan,” tegasnya.
Oleh karena itu, Androy miminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk memantau proses pembersihan oleh pihak Chevron sebelum berakhirnya kontrak perusahaan yang basis di Amerika Serikat tersebut.
“Kami juga berharap pihak terkait di provinsi dan pusat turut memantau kegiatan pembersihan limbah PT Chevron ini,” pungkasnya.
Seorang warga Minas Barat yang menjadi korban pencemaran limbah diduga B3 dari Chevron Pasifik Indonesia, Chandra Marinton (38) mengakui hal tersebut. Kepada wartawan, dia menceritakan bahwa lahannya yang terkontaminasi seluas 8 hektare.
Chandra mengisahkan, sejak terkontaminasi limbah tersebut, dirinya mengalami kerugian. Hasil panen kelapa sawit menjadi kecil dan peternakan ikan di kolamnya banyak mati. “Sawit yang tercemar limbah batangnya kurus- kurus dan buahya kecil- kecil. Ikan di kolam tak bertahan hidup. Limbah tersebut masuk, karena terbawa air saat hujan,” pilunya. (adv)