Potret24.com, PEKANBARU – Perokok ganja, tembakau, vape harus berpikir dua kali untuk melanjutkan kegiatan itu ditengah pandemi Corona Virus. Para ahli mengatakan merokok ganja, tembakau, vape yang memiliki keterkaitan langsung dengan infeksi sel paru dan sistem pernapasan da meningkatkan resiko komplikasi yang serius apabila terpapar Covid-19.
Selain itu, orang dengan riwayat penyalahgunaan obat-obatan terlarang jenis opioid dan metamfetamin juga memiliki tingkat fatalitas tinggi terinfeksi coronavirus; seperti MERS, SARS, dan COVID-19 hingga memiliki ancaman kematian tingga jika sudah terinfeksi coronavirus.
Hendrini Renolafitri, S.iP, MA selaku Staf Seksi Pencegahan BNNP Riau menjelaskan, vaping memiliki kandungan aerosol yang dapat merusak sel-sel pada paru dan mengurangi kemampuannya dalam menanggapi infeksi.
“Dalam percobaan terhadap tikus, tikus yang terpapar kandungan aerosol, paru-parunya tidak bereaksi ketika dihadapi oleh virus influenza, dan pada tingkatan selanjutnya virus influenza tersebut dengan cepat meningkatkan kerusakan jaringan dan peradangan pada paru-paru tikus.
Sementara, ganja menyebabkan beberapa level peradangan paru, dari peradangan yang sangat mirip dengan bronkitis, hingga infeksi paru dengan level diatasnya. Jadi terdapat banyak peluang disana terhadap masuknya COVID-19 dapat memperbanyak komplikasi pada pengguna Ganja,” bebernya.
Lanjutnya, perokok ganja juga kerap menyulitkan pihak medis dalam mendiagnosis secara tepat dan akurat apakah gangguan pernapasan yang dirasakan pasien adalah gangguan akibat rokok ganja ataukah COVID-19. Salah satu yang menyulitkan adalah cirinya yang mirip. COVID-19 memiliki ciri batuk kering pada pasien, sama halnya dengan batuk yang disebabkan oleh rokok ganja.
Perokok ganja aktif terutama dapat merusak fungsi paru sedikit demi sedikit. Efek perokok ganja bahkan lebih parah dibandingkan perokok tembakau, kerusakan yang disebabkan merokok tembakau beberapa batang dalam beberapa hari tidak akan sebanding dengan efek perokok ganja yang bahkan baru masih menjadi pemula. Ini terutama karena pada rokok tembakau, filternya terbakar habis, sedangkan rokok ganja dibakar dengan suhu yang jauh lebih rendah sehingga perokok ganja menghirup sejumlah tanaman yang tidak terbakar.
Tak hanya itu, pengguna Opioid dan Amfetamin juga menghadapi tantangan serius terkait pandemi COVID-19. Opioid bekerja dibatang otak dan memperlambat pernapasan. Selain mengancam jiwa, penggunaan opioid juga menyebabkan hipoksemia (turunnya oksigen dalam darah). Kekurangan oksigen dapat sangat merusak otak.
“Memang, untuk sementara otak mampu menahan oksigen rendah, namun pada tingkat lanjut hal ini berakibat pada kerusakan otak yang fatal. Penyakit pernapasan kronis sudah dipastikan dapat meningkatkan resiko kematian pada pengguna opioid yang terpapar COVID-19,” imbuhnya.
Sementara metamfetamin, katanya menyebabkan sempitnya pembuluh darah, yang oleh sebab itu berakibat pada rusaknya paru-paru dan hipertensi paru bagi penggunanya. Dokter bahkan memberikan perhatian serius terhadap pasien dengan riwayat pengguna metamfetamin, karena hal itu mempengaruhi tingkat kerentanan imunitas mereka termasuk apabila telah terinfeksi COVID-19.
Orang-orang dengan kesehatan yang buruk karena merokok, menggunakan opioid, metamfetamin, ganja, dan zat-zat berbahaya lainnya dapat disimpulkan memiliki resiko tertular dan menularkan COVID-19 yang tinggi karena ketidakmampuan tubuh mereka membentengi diri dari masuknya partikel asing kedalam tubuh.
Hingga apabila orang-orang itu telah terinfeksi COVID-19, mereka juga mendapatkan resiko komplikasi lebih serius dibandingkan orang yang tidak memiliki riwayat tersebut. (rtc)