Potret24.com, Jakarta – Indonesia bersiap menghadapi new normal bersamaan dengan kondisi pandemi virus Corona (COVID-19). Dengan begini diharapkan akan mendorong laju perekonomian.
Lalu, apakah era new normal ini bisa menjadi angin segar untuk perekonomian Indonesia?
Direktur Eksekutif Institute Development of Economic and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad membenarkan jika era new normal memang bisa mendorong perekonomian meskipun sangat lambat.
Hal itu karena aktivitas bisnis seperti mal sangat dibatasi di era ini.
“Bisa berpengaruh tapi lambat karena new normal tanda kutip harus kompromi kan. Perlakuannya kompromi, tidak full capacity. Jadi kalau diproduksi katakanlah 100% bekerja, dia hanya separuh otomatis jalannya lebih lambat. Mal biasa penuh sekarang harus separuhnya otomatis tumbuhnya separuh dari perkiraan, nggak akan bisa kembali,” kata Tauhid, Selasa (26/05/2020).
Efek dari new normal ini juga tidak akan instan sehingga tidak bisa langsung mendorong laju pertumbuhan ekonomi di triwulan ke II.
Kemungkinan pengaruhnya baru akan terlihat di triwulan ke III.
“Akan efektif jika di triwulan ke III itu sangat mungkin dia bisa tumbuh positif tapi pada level rendah lah tidak mungkin sampai di atas 2 atau 3%. Di atas positif lah di atas 0, itu juga lebih positif dibanding triwulan ke II ini,” ucapnya.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah.
Menurutnya, era new normal tidak akan bisa mengembalikan ekonomi dalam kondisi normal seperti belum ada wabah Corona. Namun setidaknya ekonomi bisa berjalan secara bertahap.
“Ukuran keberhasilan new normal bukan pada ekonomi yang kembali ke posisi sebelum wabah. Ukuran keberhasilannya adalah masyarakat bisa beraktivitas dengan menerapkan protokol kesehatan sehingga ekonomi bisa secara bertahap berjalan kembali, sementara penyebaran wabah tetap bisa dikendalikan,” ucapnya. (gr)