Potret24.com, Jakarta – Data awal Singapore University of Technology and Design (SUTD) soal prediksi ‘When Will COVID-19 End’ menyebut Corona Indonesia baru akan selesai di 6 Juni. Namun belakangan, prediksi akhir wabah Corona di Indonesia dari data yang dimuat pada 25 April lalu ini bergeser jauh ke bulan Oktober.
Mengutip laman SUTD Data-Driven Innovation Lab, Indonesia baru akan bebas 100 persen dari Corona pada 28 Oktober 2020. Data yang diperbaharui pada Kamis (7/05/2020), ini menggunakan artificial intelligence (AI), yang berbasis pada model matematika tipe susceptible-infected-recovered (SIR). Model ini diregresikan dengan data dari berbagai negara untuk memperkirakan kurva siklus hidup pandemi.
“Pada dasarnya, prediksi itu tidak pasti. Pembaca harus mengambil prediksi apa pun dengan hati-hati. Optimis yang berlebihan berdasarkan perkiraan tanggal akhir adalah berbahaya karena dapat melonggarkan disiplin dan kontrol kita dan menyebabkan perputaran virus dan infeksi, dan harus dihindari,” tulis keterangan dalam situs SUTD yang namanya kini diubah menjadi ‘Predictive Monitoring of COVID-19’.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo sebelumnya menegaskan kurva Corona di Indonesia harus turun dalam bulan Mei dengan cara apapun. Hal ini disebutnya menjadi target pemerintah.
“Target kita di bulan Mei ini harus betul-betul tercapai, sesuai target yang kita berikan yaitu, kurvanya harus turun, dan masuk pada posisi sedang di bulan Juni, dan bulan Juli masuk pada posisi ringan, dengan cara apapun, dan itu dilakukan tidak hanya dengan Gugus Tugas COVID-19, tapi seluruh elemen bangsa,” ungkap Presiden RI Joko Widodo pada Rabu (6/5/2020).
Bahkan, Menko Polhukam Mahfud Md beberapa waktu lalu mengungkap pemerintah tengah memikirkan adanya relaksasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) karena banyaknya keluhan dari masyarakat. Kemungkinan pelonggaran PSBB disampaikan Mahfud saat siaran langsung melalui Instagram-nya @mohmahfudmd, Sabtu (2/5/2020).
“Kita tahu ada keluhan ini sulit keluar, sulit berbelanja dan sebagainya, sulit mencari nafkah dan sebagainya. Kita sudah sedang memikirkan apa yang disebut relaksasi PSBB,” kata Mahfud.
Mahfud menuturkan, pemerintah sedang memikirkan pelonggaran-pelonggaran aktivitas pada relaksasi PSBB. Dia menyebut pelonggaran itu seperti mengizinkan rumah makan untuk buka namun dengan menerapkan protokol tertentu.
“Nanti akan diadakan, sedang dipikirkan pelonggaran-pelonggaran. Misalnya rumah makan boleh buka dengan protokol begini, kemudian orang boleh berbelanja dengan protokol begini dan seterusnya dan seterusnya,” tuturnya.(gr)