Potret24.com, Jakarta– Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta memasuki hari ke-5. Hal ini juga berdampak dengan kualitas udara, tingkat polusi di Jakarta masuk 15 besar kota di dunia dengan kategori udara tidak sehat bagi kelompok sensitif yang berisiko mengalami risiko dan masalah pernapasan.
Berdasarkan data dari AirVisual, Selasa (14/4/2020), pukul 09.19 WIB, Air Quality Indeks (AQI) Jakarta berada di 138 atau kategori tidak sehat bagi kelompok yang sensitif. Sedangkan kota paling berpolusi ditempati Beijing, China mendapat skor 195 dan Shenyang di angka 188. Namun, tingkat polusi ini tidak tetap dan dapat berubah sewaktu-waktu.
AQI merupakan indeks yang digunakan AirVisual untuk menggambarkan tingkat polusi udara di suatu daerah. AQI dihitung berdasarkan enam jenis polutan utama, yaitu PM 2,5, PM 10, karbon monoksida, asam belerang, nitrogen dioksida, dan ozon permukaan tanah.
Berdasarkan data Airvisual, kandungan PM 2,5 di Jakarta berada di angka 50,5 pg/m3. Data itu diperoleh dari alat pemantau udara Airvisual yang ada di kedutaan Amerika Serikat, Pegadungan, Kemayoran, Pejaten Barat,
Rawamangun, dan Mangga Dua. Salah satu sumber polutan adalah emisi dan pembakaran dari kendaraan bermotor.
AQI mempunyai rentang nilai antara 0-500. Makin tinggi nilai AQI, artinya makin tinggi tingkat polusi udara di wilayah tersebut.
Skor 0-5 berarti kualitas udara bagus, 51-100 berarti moderat, 101-150 tidak sehat bagi orang yang sensitif, 151-200 tidak sehat, 201-300 sangat tidak sehat, dan 301-500 ke atas berarti berbahaya.
Pemprov DKI Jakarta sudah berlakukan social distancing dan memulai penerapan PSBB sejak Jumat (10/4) lalu.
Beberapa aktivitas warga pun terbatas, hal ini secara tidak langsung turut mempengaruhi kualitas udara. Kondisi udara Jakarta lebih baik dari kemarin, Senin (13/4/2020), pukul 13.00 WIB, Air Quality Indeks (AQI) Jakarta berada di 92 atau kategori sedang. (gr)