Potret24.com, PEKANBARU – PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang diterapkan di Kota Pekanbaru sejak 17 Maret 2020 menuai berbagai kecaman di tengah masyarakat. Awalnya mungkin Walikota Pekanbaru mengharapkan pujian dari masyarakat. Tapi setelah empat hari menunggu yang datang malah hujatan dan sumpah serapah masyarakat.
“PSBB program blunder yang diujicobakan di tengah masyarakat. Tanpa kajian dan perhitungan yang matang. Wajar yang kemudian muncul hujatan dan sumpah serapah masyarakat. Itu resiko dan Walikota Pekanbaru harus menerima dengan lapang dada,” kata Syamsul Nur Atias, seorang tokoh masyarakat Kota Pekanbaru, Selasa (21/04/2020).
Menurutnya lagi, PSBB semestinya dibuat melalui proses yang panjang. Ada kajian dan aspek-aspek hukum di dalamnya. “Bukan dibuat seperti orang mau ke belakang. Terasa dan langsung dikeluarkan,” katanya lagi. Syamsul menilai karakter masyarakat Pekanbaru yang dinilainya pembangkang ikut menjatuhkan PSBB menjadi sebuah anehdot lucu di Tahun 2020.
“Ini akibatnya kalau aturan dibuat terlalu longgar. Lumayan jadi bahan tertawaan masyarakat,” katanya menambahkan. Pihaknya menilai masih ada waktu Pemko Pekanbaru memperbaiki semuanya dengan melakukan PSBB yang berlaku 24 jam penuh.
“Perbaiki segera mumpung masih ada waktu. Jangan sampai program Pemko Pekanbaru ini dijadikan lelucon terlucu di Tahun 2020. Jika perlu berlakukan 24 jam penuh,” tambahnya lagi. Dirinya yakin Walikota Pekanbaru punya niat yang tulus ingin mengeliminir penyebaran Corona di tengah masyarakat. Tapi dirinya minta Pemko Pekanbaru jangan setengah-setengah bertindak.
“Berlakukan PSBB 24 jam penuh. Jangan mau jadi bahan olok-olok di tengah masyarakat. Dan buktikan PSBB merupakan cara efektif meredam efektivitas penyebaran Virus Corona,” tegasnya lagi. Pihaknya juga berharap lembaga setingkat Pemko ikut mendukung PSBB 24 jam tersebut.
Sangat Menyengsarakan
Sebelumnya anggota DPRD Kota Pekanbaru, Ida Yulita Susanti menilai PSBB yang diterapkan Walikota Pekanbaru, Firdaus sangat menyengsarakan rakyat.
“Masyarakat disuruh di rumah, tetapi hari ini tidak ada action dari Pemko Pekanbaru. Action untuk jaminan kebutuhan masyarakat sampai saat ini tidak ada, dan ini menyengsarakan rakyat,” cetus Ida, Minggu lalu.
Ida juga mempertanyakan jumlah data sebanyak 20 ribu warga yang terdampak. “Dari mana sumber data 20 ribu orang itu, orang masih mendata kok di lapangan sampai hari ini (Minggu, red),” ujar Ida.
Ida juga menyebutkan PSBB yang diterapkan oleh Walikota Pekanbaru adalah PSBB membingungkan. Hal tersebut tidak lepas dikarenakan PSBB di Pekanbaru hanya mengatur masyarakat di malam hari.
“Kenapa malam, karena dia (Walikota,red) tidak bertanggungjawab dengan rakyat. Karena kalau 24 jam tanggungjawabnya pasti lebih besar, kalau malam orang sudah tidur. Dan PSBB Pekanbaru ini menyengsarakan masyarakat,” tegasnya lagi.
Ida mencontohkan Provinsi Jawa Timur yang saat ini sudah ratusan masyarakat terinfeksi Virus Corona, namun Pemprov Jawa Timur hingga saat ini belum berani untuk menerapkan PSBB. (gr)