Potret24.com, Pekanbaru– Tidak terasa lagi hawa di Bulan Ramadhan saat ini. Malam perdana 1 Ramadhan terasa sangat senyap. Tanpa adanya lantunan ayat-ayat Al-Quran dari dalam Masjid. Bahkan sejumlah masjid tampak gelap tanpa ada penerangan sedikit pun.
“Mau menangis rasanya Mas, melihat malam 1 Ramadhan seperti ini. Tanpa sedikitpun hawa dan rasa ternyata kita sudah memulai ibadah Puasa. Sepi apalagi sebagian masjid mematikan lampunya. Puasa kali memang Puasa di tengah keprihatinan. Mudah-mudahan kita bisa melewati semuanya dan semakin mempertebal keimanan kita,” kata Ustad Imam Sarbaini kepada potret24.com.
Hasil pantauan potret24.com, tidak ada satupun masjid di Kota Pekanbaru yang melaksanakan Ibadah Shalat Tarawih di malam Puasa Ramadhan pertama. “Semuanya sepi bahkan lampunya pun dimatikan. Sebagian masjid tetap memperdengarkan lantunan ayat suci Al-Quran dengan alasan biar umat di sekitar tidak merasa sedih,” ujar Ustad Imam lagi.
Ustad Imam meminta masyarakat Kota Pekanbaru tidak bersedih akibat tidak diperbolehkannya ibadah Tarawih di masjid. “KIta perlu ingatkan, apapun yang diputuskan pemerintah setempat semuanya demi kepentingan dan keselamatan bersama. Tawakal saja sama Allah SWT,” katanya lagi.
Kamis malam ini potret24.com sengaja menjemput Ustad Imam di rumahnya dan mengajak keluar malam sambil Sahur di luar. Kami berputar dari Jalan Riau hingga Soekarno Hatta hingga Arifin Achmad dan kembali lagi menuju HR Soebrantas. “Sepi yah,” kata Ustad memecah kesunyian.
“Tapi untung masih ada masjid yang memutarkan lantunan ayat Suci Al-Quran. Jadi sedikit terobati hati yang pilu ini,” tambahnya lagi. Persis di depan Pesantren di Panam, kami berhenti untuk makan sahur. “Sini aja kanda, kebetulan ada masjid di belakang, jadi setelah kita sahur, sekalian kita numpang Shalat Subuh disana. Kalo boleh sih atau masjidnya masih dibuka,” katanya sambil menghela nafas panjang.
Keputusan mentiadakan Shalat Tarawih dan Tadarus di Masjid merupakan pukulan berat bagi umat Muslim di Kota Pekanbaru. Tapi apa yang hendak dikatakan, keputusan sulit itu semat-mata untuk menghindari semakin bertambahnya korban Virus Corona di Pekanbaru.
“Saya bisa paham kenapa harus dilarang. Dan saya pastikan Gubernur Riau tidak salah. Keputusannya melarang aktivitas di masjid baik itu Tarawih ataupun tadarus sudah benar,” katanya lagi. Dirinya menilai Gubernur Riau tentu telah berpikir panjang dan diskusi dengan sejumlah ulama terkait keputusan tersebut.
“Saya percaya dengan tingkat keislaman Gubernur Riau Syamsuar. Beliau itu bisa diibaratkan khalifah di tengah umat Muslim di Riau. Usai Sahur bersama ternyata Masjid yang sedianya tempat kami Shalat Subuh dalam keadaan terkunci. Dengan raut muka yang sedih, Ustad Imam minta kita langsung pulang dan Shalat Subuh Jamaah di rumahnya. (gr)