Potret24.com, Jakarta – Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dinilai bisa bekerja sama dalam mencetak uang demi memenuhi kebutuhan anggaran penanggulangan virus Corona alias COVID-19 di dalam negeri. Cetak uang juga bisa memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bentuk penyaluran bantuan langsung tunai (BLT).
Pengamat ekonom Piter Abdullah menilai ada risiko yang harus dihadapi pemerintah usai melakukan hal itu. Risiko yang dimaksud adalah lonjakan inflasi. Namun dia menilai risiko tersebut masih bisa diatasi oleh pemerintah.
“Risikonya adalah kenaikan inflasi, tapi menurut saya risiko kenaikan inflasi ini tidak besar, masih manageable,” kata Piter saat dihubungi detikcom, Jakarta, Jumat (24/4/2020).
Oleh karena itu, dirinya pun menilai cetak uang untuk memenuhi kebutuhan dana penanggulangan virus Corona pun bisa dilakukan dan wajar.
“Inflasi di Indonesia lebih dikarenakan permasalahan distribusi dan supply. Kalau pemerintah mempersiapkan sisi supply termasuk mengatur rantai distribusi dengan baik, meskipun Kita meningkatkan jumlah uang beredar melalui quantitative easingnya BI, menurut saya inflasi masih bisa terjaga,” jelasnya.
Sementara Direktur Eksekutif Indef, Tauhid Ahmad mengatakan langkah mencetak uang akan berdampak buruk bagi sektor moneter nasional. Meskipun langkah mencetak uang itu bisa dilakukan.
“Karena, pencetakan uang itu hanya menambah money supply, kalau terlalu banyak maka uang yang beredar banyak, penduduk pegang uang banyak, kalau dipegang banyak, maka daya membeli kita akan turun, maka uang yang beredar akan menjadi inflasi, dan nilai riil barangnya menurun, ini yang sisi moneter kurang bagus,” kata Tauhid.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan mencetak uang memang bisa saja dilakukan oleh pemerintah. Namun jika tidak dihitung secara cermat bakal ada ancaman inflasi mengintai. Perlu dipikirkan pula supply and demand di pasar.
“Artinya kan ini orang menganggap persoalannya karena uang saja, sehingga ekonomi berhenti. Orang yang tadinya kerja, bisa belanja, perusahaan yang produksi barang bisa dapat revenue. Tapi sekarang ini orang di rumah, dia nggak belanja, terbatas, sehingga ekonomi berhenti,” ujarnya saat berbincang dengan pimpinan media massa secara virtual, Kamis (23/4/2020) malam.(gr)