Potret24.com, LONDON – McKinsey melaporkan bahwa hampir 60 juta pekerja di Uni Eropa dan Inggris berisiko mengalami pengurangan jam kerja, pengurangan gaji, dirumahkan sementara hingga PHK permanen akibat terampak pandemi Corona.
Konsultan manajemen itu juga mengatakan bahwa tingkat pengangguran Uni Eropa dapat melonjak dari sekitar 6% menjadi lebih dari 11% dan terus meningkat jika pandemi Corona tidak terkendali.
Sekitar 55 juta pegawai punya profesi yang berisiko tinggi terpapar virus Corona, termasuk kasir ritel, koki, pekerja konstruksi, staf hotel, dan aktor. Sekitar 80% pekerjaan yang dianggap berisiko dipegang oleh orang-orang yang tidak memiliki gelar sarjana.
Pengangguran akan terus meningkat di Uni Eropa dan akan mencapai puncaknya di 11,2% pada tahun 2021. Diprediksi pemulihan akibat krisis Corona tidak akan cukup hingga 2024.
Eropa dianggap gagal dalam meredakan virus Corona dalam waktu tiga bulan. Kini Eropa terpaksa harus memperpanjang langkah-langkah jarak sosial hingga akhir musim panas ini.
McKinsey mengatakan bahwa bisnis dan pemerintah perlu bergerak cepat untuk melindungi pekerja. Pemerintah harus memberikan jaminan pinjaman, keringanan pajak dan pembayaran jaminan untuk pekerja, beberapa di antaranya sudah dilakukan di seluruh Eropa.
Melansir dari CNN, Senin (20/4/2020), Inggris menanggung 80% dari gaji pekerja untuk setidaknya tiga bulan ke depan hingga maksimum gaji £ 2.500 setara Rp 48 juta (kurs Rp 19.300/ poundsterling) per bulan.
Jerman dan Prancis memiliki program serupa. Paket bantuan pandemi Corona, Uni Eropa mencakup hingga € 100 miliar atau Rp 1.600 triliun (kurs Rp 16.800/euro) subsidi upah yang ditujukan untuk mencegah PHK massal, serta ratusan miliar pinjaman untuk bisnis dan kredit di Uni Eropa. (gr)