Potret24.com, Bengkalis- Sektor pertanian masih menjadi salah satu prioritas pembangunan Perintah Kabupaten (Pemkab) Bengkalis, Riau. Kesejahteraan petani merupakan muara dari pembangunan pertanian. Upaya menuju cita-cita itu adalah dengan menggenjot produksi pertanian.
Pemerintah Kabupaten Bengkalis, dalam hal ini melakukan berbagai upaya agar produksi padi di daerah itu bisa meningkat. Salah satuya dengan cara menyalurkan bantuan bibit, bantuan alat perontok padi serta pelatihan terhadap petani agar bisa mempelajari dan menerapkan sistem produksi yang teratur dan melimpah.
Bupati Bengkalis Amril Mukminin mengatakan bahwa Pemeritah Kabupaten Bengkalis harus lebih banyak mengalokasikan anggaran untuk pemberdayaan dibandingkan anggaran yang sifatnya birokrasi.
“Anggaran yang tidak efektif dan tidak bersentuhan langsung dengn kepentingan masyarakat hendaknya harus ada, jangan sampai pula mengurangi alokasi anggaran untuk program pemberdayaan,” ujar Bupati.
Selain itu untuk meningkatkan hasil produksi padi, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bengkalis, Provinsi Riau maupun Pemerintah Pusat, tetap konsisten mengalokasikan dana peningkatan produksi padi dan program pembinaan.
“Langkah yang dilakukan, seperti memberikan bantuan benih padi, pupuk, pestisida, perbaikan jalan usaha tani, perbaikan jaringan irigasi dan alat mesin pertanian,” kata bupati.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bengkalis, melalui Kepala Bidang Tanaman Pangan Holtikultura, Nova Rianti meyebutkan, untuk meningkatkan produksi padi di daerah itu, pemerintah memberikan berbagai macam bantuan yang didapatkan secara cuma-cuma oleh petani.
“Untuk meningkatkan produksi padi, pemerintah telah memberikan bantuan kepada masyarakat khususnya petani dalam bentuk bantuan benih padi,” kata Nova di Bengkalis.
Hingga saat ini, produksi padi di Bengkalis belum bisa mencukupi kebutuhan masyarakat. Produksi padi Bengkalis baru mengcover sekitar 40 persen kebutuhan masyarakat Bengkalis.
“Kalau untuk kebutuhan dari produksi yang diperoleh baru terpenuhi 40 persen, selebihnya didatangkan dari luar seperti Sumatera Barat, Sumatera Utara, juga beras yang disuport dari Bulog,” kata Nova.
Dikatakannya, padi di Bengkalis saat ini produksinya masih belum sama seperti nasional, yang bisa mencapai tujuh hingga delapan ton perhektare. “Kita masih empat ton per hektar,” ujarnya lagi.
Untuk itu, guna menggencarkan lagi produksi padi pemerintah melakukan berbagai cara.
“Seperti sekarang ini benih padi sudah masuk untuk program peningkatan Indeks Pertanaman (IP) 100 ke 200. Kita sudah salurkan bantuan pemerintah di kecamatan Mandau dan Pinggir, sebanyak tujuh ton benih untuk lahan seluas lebih kurang 295 hektare,” ujarnya.
Bantuan yang diluncurkan pemerintah tersebut guna mensuport petani untuk melakukan IP. Biasanya petani menanam padi sekali dalam setahun, agar bersemangat menanam lebih dari satu kali dalam setahun.
“Pemberian batuan pemerintah agar petani mau menanam dua kali dalam setahun. Artinya petani menanam di luar musim tanam untuk meningkatkan produksi padi,” sebutnya.
Selain itu juga pemerintah telah berusaha menanam selain padi dalam program pajale (peningkatan padi, jagung dan kedelai). Pemerintah juga telah memberikan bantuan jagung kepada petani.
“Ini juga telah kita sebarkan ke petani di beberapa kecamatan, diantaranya Kecamatan Mandau, Pinggir, Talang Muandau, Batin Solapan, Siak Kecil, Bandar Laksmana dan Bantan,” katanya.
Selain memberikan bibit, lanjutnya lagi, pemerintah juga melaksanakan kegiatan salah satunya membuat demplot percontohan di budidaya tanaman padi ini.
Demplot atau Demontration Plot adalah suatu metode penyuluhan pertanian kepada petani dengan cara membuat lahan percontohan. Agar petani bisa melihat dan membuktikan terhadap objek yang didemontrasikan.
Demplot bisa berupa Inovasi teknologi budidaya, Varietas Unggul Baru (VUB), Pemupukan dan lain-lain, disesuaikan dengan demografi wilayah.
“Dari demplot ini kita berharap dengan kita kelola dari awal memberikan pengetahuan kepada petani bagaimana memulai dari pengolahan tanah, pengolahan bibit, penanaman sampai panen, pasca panennya itu kita berharap produksi padinya lebih meningkat dari sebelumnya,” katanya.
Selain itu, dalam rangka meningkatkan produksi atau mengurangi kehilangan hasil pada saat panen, pemerintah juga telah memberikan bantuan dalam bentuk bantuan power thresher yaitu alat perontok padi.
Untuk tahun 2019 ini, sudah masuk sebanyak 13 unit power sthresher bantuan dari pemerintah. Bantuan tersebut sudah disalurkan hampir di semua kecamatan diantaranya, Kecamatan Mandau, Kecamatan Talang Muandau, Kecamatan Pinggir, Kecamatan Bandar Laksmana, Kecamatan Bukit Batu, Kecamatan Rupat dan Kecamatan Rupat Utara Serta Kecamatan Bantan dan Kecamatan Siak Kecil.
“Kita juga melakukan kegiatan taksasi kehilangan hasil pada saat panen. Kegiatan ini memberikan pengetahuan kepada petani bagaimana mereka nanti cara memanen yang benar. Apakah menggunakan alat mereka baik itu dari cara menggunakan gergaji bergerigi, cara memukulnya, akan kita lakukan demonstration,” kata Nova.
Ini akan dilakukan uji coba. Akan dilakukan dua metode panen. Pertama seperti yang para petani lakukan pada umumnya dan kedua menggunakan alat bantuan yang telah diberikan pemerintah.
“Disini akan terlihat perbedaan hasil panennya dan kegiatan taksasi ini akan ita lakukan di dua lokasi,” katanya.
Sekolah Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Untuk Petani Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan sistem perlindungan tanaman yang erat kaitannya dengan usaha pengamanan produksi. Mulai dari pra-tanam, pertanaman, sampai pasca panen, seperti pengolahan lahan, penentuan varietas, penggunaan benih unggul, penentuan waktu tanam, pemupukan berimbang yang tepat, pengaturan pengairan, dan tehknik budidaya lainnya.
Pada prinsipnya, penerapan PHT merupakan pengelolaan agroekosistem secara keseluruhan, sehingga dinamika dan variasi keadaan agroekosistem sangat mempengaruhi komposisi pengendalian OPT yang harus dilakukan.
“SPHT ini memang rutin kita laksanakan setiap tahunnya, ini dalam rangka memberi pengetahuan kepada petani bagaimana caranya melakukan budidaya mengatasi hama dan penyakit tanaman dengan mengurangi pemakaian pestisida,” pintanya.
Selain itu diajarkan, mengendalikan hama lebih alami, untuk membuat pestisida hayati. Agar mengetahui bahwa tidak semua binatang atau hewan yang hinggap merupakan musuh atau hama.
Disini akan ada musuh alami. Musuh alami inilah yang nantinya memakan hama yang merusak padi itu sendiri.
“Sebagian petani tidak tahu, mereka main semprot saja dengan pestisida. padahal tidak semua yang ada itu hama, kita ada penyuluh yang mempunyai sertifikt pemandu lapangan, dan sekolah ini selama 3 bulan, untuk tahun ini ada dua kecamatan, dan saat ini di kecamatan Mandau sudah berjalan,” jelasnya.
Dari SPHT diharapkan petani bisa menjadi ahli dalam pengendali hama. Karena pemakaian pestisida yang berlebihan tidak baik untuk alam dan produksi.
Dijelaskan, produksi padi paling besar Kabupaten Bengkalis berada di beberapa desa diantaranya di Siak Kecil, dengan luas lahan sekira 1900 ha. Terbagi di beberapa desa diantaranya Sepotong dan Langkat. Selanjutnya di Kecamatan Mandau tepatnya Desa Harapan Baru dan Kelurahan Talang Mandi dengan luas 165 ha.
“Kita programkan di Siak Kecil dilakukan IP 200 sekitar 500 hektar. Benih dari swadaya sendiri. Untuk mendapatkan bantuan pemerintah petani harus tergabung dalam kelompok tani,” ujarnya.
Sementara itu Anggota DPRD Bengkalis, Azmi R Fatwa mengatakan tanaman padi harus ditingkatkan. Tanam tidak hanya satu tahun sekali panen tapi dua kali tanam.
Dikatakan, ada dua solusi yang diambil. Pertama, menambah areal sawah atau ladang yang dilakukan penanaman dalam setahun. Ke dua dengan memperbaiki sistem irigasi yang bergantung pada hujan.
“Tak kalah penting agar program yang digulirkan pemerintah berhasil hendaknya jangan lagi berorientasi pada proyek semata. Tapi bagaimana lebih mengedepankan pada pemberdayaan masyarakat yang dilakukan secara terus menerus,” ungkapnya. (advertorial)