Potret Peristiwa

Polda Disebut Akan Periksa Rocky Gerung Soal Kitab Suci Fiksi

3
×

Polda Disebut Akan Periksa Rocky Gerung Soal Kitab Suci Fiksi

Sebarkan artikel ini

POTRET24.COM – Jajaran penyidik Unit IV Subdirektorat IV Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya  disebut akan memeriksa pengamat politik Rocky Gerung sebagai terlapor dalam kasus dugaan penistaan agama, Kamis (31/1/2019).

Pemanggilan Rocky ini terungkap setelah Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Rachland Nashidik mengunggah surat panggilan tersebut di akun media sosial Twitter-nya, @RachlanNashidik, pada Selasa (29/1).

“@rockygerung diadukan ke Polisi lagi. Di ILC ia merumuskan pikiran ini: ‘Bila fungsi fiksi adalah mengaktifkan imajinasi, maka kitab suci adalah fiksi’. Jokower garis keras ini memotong kalimat Rocky jadi cuma ‘Kitab Suci adalah fiksi’. Dan menuding RG menista agama. Untuk apa?” cuit Rachland.

Kasus yang menyeret nama Rocky sebagai terlapor ini berawal dari laporan Jack Boyd Lapian atas pernyataan Rocky saat menjadi pembicara di acara diskusi Indonesia Lawyer Club di stasiun televisi TV One pada 10 April 2018 lalu.

Saat itu Rocky mengatakan, “Kalau saya pakai definisi bahwa fiksi itu mengaktifkan imajinasi, maka kitab suci itu adalah fiksi.” Laporan kepolisian tersebut diterima dengan nomor: LP/2001/IV/2018/PMJ/Dit.Reskrimsus tanggal 11 April 2018.

Saat dikonfirmasi soal surat pemanggilan itu, Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Kombes Adi Deriyan mengaku akan menanyakannya kepada subdirektorat terkait.

“Ok. Nanti saya tanyakan ke kasubdit ya,” ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (29/1).

Aktivis Rocky Gerung menilai perdebatan  atas pernyataannya terkait ‘kitab suci adalah fiksi’ di program  Indonesia Lawyers Club(ILC) TV One beberapa waktu lalu diwarnai kepentingan politik.

Saat itu, politikus Partai NasDem Akbar Faisal meradang mendengar pernyataan Rocky tersebut. Sementara selama ini Rocky dikenal keras dalam mengkritik Presiden Joko Widodo, sementara NasDem termasuk koalisi partai pendukung pemerintah.

Menurut Rocky, hari ini demokrasi Indonesia sudah dikepung oleh elektabilitas, bukan lagi intelektualitas.

“Mendirikan bangsa artinya harus memperbanyak intelektualitas. Tetapi kita hari ini dikepung oleh elektabilitas, sehingga kita kehilangan kesempatan untuk menumbuhkan intelektualitas itu,” kata Rocky dalam konferensi pers bertajuk Maklumat Akal Sehat di Jakarta, Rabu (25/4).

Rocky melanjutkan, ada alasan kenapa dirinya berdebat dalam diskusi ILC beberapa waktu lalu. Dia jengkel karena masing-masing pihak berupaya mengambil perhatian masyarakat demi menaikan elektabilitas pasangan calon.

“Itu sebabnya saya cekcok di ILC karena sebetulnya kalau kita periksa latar belakang asumsi di balik kalimat samar dalam debat itu, masing-masing pihak berupaya untuk mengambil perhatian publik dalam rangka menaikkan elektabilitas pasangan per pasangan. Karena itu saya jengkel,” kata dia. (Lis)