POTRET24.COM – Harga minyak dunia merosot sekitar enam persen di sepanjang pekan lalu. Pelemahan harga dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap kelebihan pasokan setelah Amerika Serikat (AS) menyatakan bakal memberi pengecualian sementara pemberlakuan sanksi Iran kepada delapan negara.
Mengutip Reuters, Senin (5/11), harga minyak mentah Brent pada akhir pekan lalu secara mingguan turun dari US$77,62 menjadi US$72,83 per barel. Kemudian, pelemahan juga terjadi pada harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) dari US$67,59 jadi US$63,14 per barel.
Pelemahan terjadi akibat sentimen pasar terhadap pengenaan sanksi Iran yang diperkirakan bisa mengurangi pasokan minyak ke pasar. Apalagi, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengumumkan pengecualian yang memungkinkan konsumen utama tetap mengimpor minyak dari Iran, meski sanksi berlaku efektif mulai 4 November 2018.
Pompeo tidak menyebut secara rinci yurisdiksi yang menerima pengecualian. Namun, ia memastikan Uni Eropa secara keseluruhan, yang beranggotakan 28 negara, tidak akan mendapat pengecualian tersebut.
Berdasarkan sumber Reuters, India, Irak, dan Korea Selatan berada dalam daftar negara yang mendapat pengecualian pemberlakuan sanksi. Mengutip hukum AS, pengecualian hanya diberikan hingga 180 hari. Ketiganya merupakan konsumen utama minyak Iran.
Menteri Energi Turki Fatih Donmez mengaku mendapatkan informasi terkait pengecualian penerapan sanksi. Namun, pada akhir pekan lalu, Iran menyatakan tak peduli terhadap penyesuaian sanksi tersebut.
Melalui akun Twitternya, Presiden AS Donald Trump menekankan kebijakannya akan menekan Iran secara maksimal. Ia juga memasang foto dirinya yang berpose di salah satu acara televisi populer dengan judul ‘Sanksi Akan Datang pada 5 November.’
“Sepertinya kekhawatiran terkait mengetatnya pasokan minyak akibat hilangnya produksi Iran di pasar, telah mereda,” kata Direktur Riset Pasar Tradition Energy Gene McGillian di Stamford, Connecticut.
Selain itu, lanjutnya, pelemahan juga didorong oleh sentimen pasar terhadap pelemahan permintaan global. Tak heran, harga minyak terus melorot selama beberapa waktu terakhir.
Harga minyak tertekan seiring produksi minyak dunia yang melonjak signifikan dalam dua bulan terakhir. Kementerian Energi Rusia mencatat produksi minyak Rusia mencapai 11,41 juta barel per hari pada Oktober lalu, tertinggi dalam 30 tahun terakhir. Produksi minyak AS juga tak jauh dari Rusia yang melampaui 11 juta bph.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) telah mengerek produksi sebanyak 390 ribu bph menjadi 33,31 juta bph pada Oktober lalu, tertinggi sejak 2016.
Pemerintah AS meyakini bahwa pasokan minyak global bakal melampaui permintaan tahun depan. Hal ini mempermudah negara-negara di dunia untuk memangkas impor minyak dari Iran ke level nol.
Di AS, perusahaan layanan energi Baker Hughes mencatat jumlah rig pengeboran minyak turun satu menjadi 874 rig pada pekan lalu. Penurunan itu merupakan yang pertama sejak empat pekan terakhir.
Komisi Perdagangan Berjangka Komoditi AS (CFTC) mencatat para manajer investasi juga memangkas posisi beli bersih pada kontrak berjangka dan opsi minyak mentah dalam sepekan terakhir. (Lis)