Potret Nasional

Pusat Vulkanologi: Banjir Bandang Banyuwangi Murni Peristiwa Alam

6
×

Pusat Vulkanologi: Banjir Bandang Banyuwangi Murni Peristiwa Alam

Sebarkan artikel ini

POTRET24.COM – Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) turun ke Banyuwangi, Jawa Timur, untuk melakukan kajian terkait penyebab banjir bandang yang melanda empat dusun di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Jumat pekan kemarin. Kabid Mitigasi Pergerakan Tanah PVMBG, Agus Budianto menegaskan kejadian ini merupakan peristiwa alam.

“Kami telah lakukan kajian, ini murni peristiwa alam,” kata Agus dalam rilis Humas Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang diterima Tempo, Senin pagi, 25 Juni 2018.

Agus menjelaskan, banjir ini terjadi akibat terjadi longsor di puncak Gunung Pendil, yang merupakan gunung api tertua di kompleks Gunung Raung. Berdasarkan pantauan satelit dan kajian dari PVMBG, hutan di kompleks Gunung Raung masih lebat. “Hutannya masih sangat lebat. Kami tegaskan ini karena peristiwa alam,” kata Agus.

Ketinggian Gunung Pendil sekitar 2.350 meter di atas permukaan laut. Adapun titik tertinggi longsor ada di ketinggian 2.245 mdpl. Gunung Pendil memiliki penampang kerucut yang curam dengan kemiringan lebih dari 45 derajat. Menurut Agus, mahkota longsor terjadi di kerucut Gunung Pendil. Longsor di Gunung Pendil terjadi akibat di gunung ini terjadi banyak pelapukan material vulkanik, karena gunung ini merupakan gunung api tertua yang tumbuh di kaldera besar.

Saat musim kemarau terjadi rekahan-rekahan (retakan) tanah. Di musim hujan air masuk ke dalam rekahan, hingga mengalami kejenuhan air. Ketika curah hujan sangat tinggi, air semakin susah masuk dan terbendung lalu tidak mampu tertahan. Karena gravitasi air turun, sehingga terjadi longsor. “Kejadian kemarin kan curah hujan meningkat sekitar empat hari, menggenangi tanah di sana, akhirnya tidak tertampung lalu mendobrak sisa material yang ada di atas,” jelas Agus.

Saat longsor air membawa material vulkanik yang mengalami pelapukan, dan mendesak material lainnya termasuk pohon-pohon besar. “Meskipun pohon besar tapi karena tanah di bawahnya mengalami pelapukan, pohon akan terbawa hingga akarnya. Ada ketinggian, kemiringan, akumulasi air, pelapukan, terjadilah longsor ini,” jelas Agus.

Berdasarkan kajian dari PVMBG, longsor yang terjadi di Gunung Pendil membawa material vulkanik yang mengalir ke Sungai Badeng. Ini merupakan jalur wilayah tangkapan air Gunung Pendil, sehingga menyebabkan banjir bandang. “Sejak kejadian banjir Mei lalu di lokasi yang sama, kami langsung kaji dan hasilnya sudah disosialisasikan ke pemkab tentang potensi bencana geologi dari Raung. Sebenarnya kesiapan sudah dibangun sejak dini oleh pemkab dan warga. Ini sebabnya tidak ada korban jiwa karena warning sudah ada,” kata Agus.

Agus melanjutkan saat ini pihaknya kembali ke Banyuwangi untuk melakukan kajian kembali menghitung berapa material yang mengalami pelapukan di Gunung Pendil. “Dan potensi terjadinya longsor,” tambah Agus. Dalam kesempatan itu, Agus juga mengimbau agar warga tetap waspada. Karena kondisi pelapukan di Gunung Pendil disertai anomali curah hujan yang masih tinggi, warga bersama pemkab tetap diminta untuk terus memantau bila ada peningkatan aliran air.

“Antisipasinya, bisa dengan segera membersihkan penghalang-penghalang di aliran sungai. Dan yang penting, tetap antisipasi dan waspada, khususnya rumah-rumah yang ada di sempadan sungai,” pungkas Agus.