Potret24.com – Ekonom Senior, Chatib Basri mengingatkan perlu kehati-hatian saat menggunakan dan memberikan data di era digital ini. Hal ini mengingat semua informasi yang disampaikan akan terekam selamanya pada mesin pencarian.
“Tuhan bisa memaafkan kita jika kita melakukan kesalahan. Namun, Google tidak bisa. Semua reputasi kita akan terbaca trace-nya selamanya di sana, jadi perlu hati-hati,” tutur dia di Jakarta, Kamis (29/3/2018).
Chatib menambahkan, isu keamanan terutama data pribadi pun penting diperhatikan pada era digital. Apalagi baru-baru ini ada penyalahgunaan data sekitar 50 juta pengguna Facebook oleh perusahaan konsultan politik Cambridge Analytica.
Kalau isu keamanan data ini jelas penting sekali ya. Facebook saja yang sangat canggih datanya bisa diambil Cambridge Analytica,” ujar dia.
Chatib mengingatkan, perlu semakin hati-hati masuki era digital. Di sisi lain, perlu juga kemampuan baru untuk melindungi data di era tersebut. Salah satunya menggandeng anak muda yang paham mengenai dunia digital. Hal itu termasuk para hacker. Diharapkan tercipta inovasi untuk melindungi sehingga risiko menjadi lebih kecil.
“Saya kira mesti kerja sama dengan anak muda, hacker-hacker begitu. Beberapa perusahaan di luar hackernya ini diajak masuk. Yang mereka lakukan testing, bisa apa tidak di hack produk mereka,” ujar dia.
Chatib Basri menilai pentingnya pembuat kebijakan atau regulator untuk mampu merangkul dalam hal regulasi pada perusahaan-perusahaan financial technology (fintech) di Indonesia.
“Ini harus diatur sama regulator. Mengenai data itu sangat penting. Misalnya saya bilang tentang agree on principal tadi. Contoh regulator bilang, data enggak boleh bocor, jika bocor perusahaan fintech-nya akan kami tutup. Mengenai caranya, nanti fintechnya ini mungkin hire hacker atau apa, ini tugas mereka,” ujar dia.