POTRET24.COM – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei mengatakan bencana gempa bumi yang diikuti tsunami, dan likuifaksi di Palu dan daerah sekitarnya di Sulawesi Tengah menjadi penyebab utama peningkatan jumlah korban bencana kurun waktu 2017-2018.
Jumlah bencana yang terjadi pada 2017 lebih banyak yakni 2.862 bencana, jika dibandingkan dengan jumlah bencana sepanjang tahun 2018 ini yakni 2.426 bencana. Namun dari segi korban meninggal dunia dan hilang, jumlahnya melonjak drastis dari 378 korban menjadi 4.231 korban.
“Gempa bumi disusul tsunami dan likuifaksi di Sulteng adalah penyebab kenaikan [jumlah korban] yang sungguh signifikan tadi,” ujar Willem saat memaparkan catatan bencana 2018 di gedung Graha BNPB, Pramuka, Jakarta Timur, Rabu (19/12/2018).
Selanjutnya ia juga memaparkan untuk korban luka-luka bencana alam dari 2017 sampai 2018 naik 597 persen. Untuk korban mengungsi dan terdampak naik 176 persen. Sedangkan jumlah rumah rusak meningkat 3.599 persen.
Selain itu, khususnya untuk bencana gempa bumi sepanjang tahun 2018 yang diperbarui sampai 18 Desember ini terjadi sebanyak 11.417 kali.
“Rekapitulasi kejadian gempa bumi tahun 2018 sebanyak 11.417 kejadian gempa bumi,” jelasnya.
Dari data tersebut hanya di bulan April dan Mei saja yang tidak terjadi bencana gempa bumi.
Selain itu, kejadian bencana dengan korban terbanyak sepanjang tahun 2018 dilihat dari provinsi tempat kejadian didominasi Pulau Jawa. Bencana alam dengan korban terbanyak secara berurutan terjadi paling banyak di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Aceh, dan Kalimantan Selatan.
Hal ini karena, Pulau Jawa didominasi jumlah penduduk yang lebih banyak. Oleh karena itu, dampak dan korban bencana pun lebih banyak.
Sedangkan menurut kabupatennya secara berurutan bencana alam paling banyak terjadi di Bogor, Cilacap, Wonogiri, Serang dan Ponorogo. (Lis)