20 April 2024
Ilustrasi

Potret24.com, Pekanbaru- Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) enggan evakuasi harimau sumatera yang terkam pekerja Hutan Tanaman Industri (HTI) di Indragiri Hilir (Inhil), Riau hingga tewas. Alasannya karena Panthera Tigris itu di habitatnya.

PT Ria Indo Agropalma (RIA) diminta oleh BBKSDA Riau agar menghentikan operasionalnya sementara.

Hal ini menyusul terjadinya peristiwa penyerangan Harimau Sumatera hingga menewaskan pekerja yang sedang memanen pokok akasia, bernama M Amri (32), di lahan konsesi perusahaan yang ada di Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir itu.

Tepatnya di Kanal Sekunder 41 PT. RIA di Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Inhil.

Kepala BBKSDA Riau, Suharyono menuturkan, sekitar 2 bulan lalu, padahal pihaknya sudah mewanti-wanti dan mensosialisasikan terkait kemunculan harimau liar di daerah itu.

“Memang pernah muncul, tidak hanya 1 lebih dari 1 individu (ekor). Kami sudah sosialisasikan kepada seluruh karyawan di sana, supaya bekerja beregu, lalu bagaimana cara berhadapan dengan harimau dan lain-lain,” ungkapnya, Senin (27/5/2019).

Selain itu disebutkan Suharyono, sejumlah tanda peringatan tentang kemunculan harimau juga sudah dipasang.

“Jadi kami di wilayah itu, PT RIA menghentikan aktivitasnya sementara. Tim medis dan tim pemantau kami sampai hari ini masih berada di sana untuk sosialisasi,” paparnya.

Lebih jauh kata Kepala BBKSDA Riau, pihaknya bakal lebih berdiskusi secara intens dengan perusahaan, termasuk aparat TNI dan Polri, serta aparat desa setempat.

Untuk bisa menambah camera trap, dan meningkatkan keamanan. Pada hari Rabu mendatang akan dilakukan evaluasi kembali, terkait terjadinya peristiwa nahas ini.

Dinyatakan Suharyono, pihaknya belum mengambil keputusan untuk melakukan evakuasi atau pemindahan terhadap harimau yang melakukan penyerangan itu.

“Karena pertama di sana memang kawasan hutan. Kedua itu daerah kantong harimau yang masih satu lansekap dengan Suaka Margasatwa (SM) Kerumutan,” urainya.

Dia mengungkapkan, sejak kejadian itu, tidak ada lagi harimau yang terpantau di sekitar lokasi.

“Yang bisa kita lakukan adalah mitigasi atau meminimalisir timbulnya korban-korban manusia selanjutnya. Karena kita tidak ingin hal itu kembali terjadi,” tegasnya.

Suharyono menambahkan, kejadian ini mirip dengan yang terjadi dengan beberapa waktu lalu. Dimana ada juga pekerja yang tewas diterkam harimau yang belakangan diberi nama Bonita.

Harimau Sumatera betina ini berkeliaran di areal pemukiman warga dan perkebunan sawit PT Tabung Haji Indo Plantation (THIP), yang merupakan perusahaan asal Malaysia.

Selama sekitar empat bulan, Bonita berkeliaran dan membuat heboh karena dua kali menerkam dua manusia hingga tewas.

Korban pertama adalah Jumiati, yang meninggal pada awal Januari 2018. Perempuan berusia 33 tahun tersebut diserang Bonita saat bekerja di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni State, Desa Tanjung Simpang, Pelangiran, Indragiri Hilir.

Korban kedua adalah Yusri Efendi (34) yang meregang nyawa di desa yang sama, namun berjarak ekitar 15 kilometer dari lokasi tewasnya Jumiati. (Lis)

Print Friendly, PDF & Email